Dalam rangka penguatan Pembelajaran Mendalam serta mendukung program SMK PK Tahun 2025, SMK Negeri 1 Binangun menggelar acara sarasehan. Acara yang digelar di aula Gatot Kaca SMK Negeri 1 Binangun pada Rabu, 8 Oktober 2025 ini masih mendatangkan narasumber yang merupakan pengawas SMK sekaligus fasilitator Pembelajaran Mendalam Provinsi Jawa Tengah, Ibu Pipit Dwi Komariah, S.S., M.Pd.
Sarasehan Pembelajaran Mendalam ini diselenggarakan dalam rangka pertukaran pikiran, menjawab permasalahan, tantangan, dan segala hal terkait penyelenggaran pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam. Seperti dijelaskan oleh narasumber, pada intinya pembelajaran mendalam diselenggarakan dengan acuan 8-3-3-4. Dalam artian, pembelajaran mendalam mengacu pada 8 Dimensi Profil Lulusan (DPL), yakni keimananan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi. Adapun 3 yang pertama adalah prinsip pembelajaran mendalam, yakni Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan. Sedangkan 3 yang kedua mengacu pada pengalaman belajar, meliputi memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. 4 mengacu pada kerangka pembelajaran, yakni praktik pedagogis, lingkungan belajar, kemitraan pembelajaran, dan pemanfaatan digital.
Mugi Lestari, S.Pd., M.Pd. selaku moderator dalam acara sarasehan tersebut mengungkapkan, bahwa sebenarnya tanpa disadari bapak/ibu guru di SMK Negeri 1 Binangun sudah menerapkan pembelajaran mendalam di kelas, jauh sebelum mengenal istilah tersebut. Untuk itu, narasumber diminta untuk memberikan tips kepada Bapak/Ibu guru agar penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam lebih efektif. Selain itu, masih banyak guru yang masih bingung mengenai konsep inkuiri kolaboratif dalam Pembelajaran Mendalam.
Menanggapi hal tersebut, Ibu Pipit Dwi Komariah, S.S., M.Pd. mengungkapkan bahwasanya pembelajaran mendalam selain mengacu pada 8-3-3-4 seperti dijelaskan sebelumnya, juga memerlukan asesmen yang tepat dan sesuai. Dalam pembelajaran mendalam dikenal 3 jenis asesmen, yakni assessment as learning (asesmen untuk refleksi diri murid dan refleksi proses pembelajaran), assessment for learning (asesmen untuk perbaikan proses pembelajaran), dan assessment of learning (asesmen mengukur capaian pembelajaran murid pada akhir pembelajaran). Pada prinsipnya asesmen dapat menggunakan beragam teknik dan/atau instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan belajar. Satu hal yang harus benar-benar dipahami dan diterapkan, adalah bahwa ada begitu banyak teknik penilaian yang dapat digunakan. Beliau berpesan untuk jangan hanya melakukan asesmen dengan teknik tes, tetapi gunakan juga teknik penilaian yang lain.
Mengenai pembelajaran inkuiri kolaboratif, narasumber berpesan agar penyelenggaraannya dapat dikoordinir oleh kurikulum dengan menyesuiakan CP dari masing-masing mata Pelajaran. Kurikulum bertugas memetakan, sehingga pada akhirnya tidak ada mata pelajaran yang dianaktirikan atau tidak mendapatkan partner untuk pembelajaran inkuiri kolaboratif. Tentu saja hal ini akan menjadi PR besar bagi Waka Kurikulum beserta stafnya.
Dalam pertemuan ini, Ibu Fitrotul Hikmah, S.Pd. juga menanyakan prinsip kegiatan AKSI yang diinisiasi oleh Ibu Kepala Sekolah, apakah prinsip pelaksanaannya sama dengan pembelajaran inkuiri kolaboratif dalam pembelajaran mendalam. Menanggapi pertanyaan tersebut, Ibu Sri Utami, S.Pd., M.M. mengungkapkan, “Berbeda dengan inkuiri kolaboratif yang dijelaskan oleh Bu Pipit yang masuk dalam kegitan intrakurikuler, kegiatan AKSI (Ajang Kolaborasi Siswa Inovatif) yang saya inisiasi merupakan kegiatan kokurikuler sehingga pelaksanaannya berbeda. Mohon dukungannya Bapak/Ibu guru, terutama wali kelas untuk bisa memantau pelaksanaan AKSI di masing-masing kelas.” Beliau juga menambahkan bahwa ide AKSI tersebut akan beliau ikutkan dalam lomba kepala sekolah inovatif.
Isi
Jl. Lapangan, Rt.04 Rw.02, Desa Jati, Kec. Binangun, Kab. Cilacap, Jawa Tengah
+62811 261 3264
smkn1binangun@yahoo.co.id